“IKHLAS”
“Bantu aku untuk
ikhlash..bantu aku untuk ikhlash....” Beberapa mantra mulai terucap dari balik
kedua bibir mungil itu. Matanya terpejam. Tubuhnya masih meringkuk di kasur.
Namun jiwanya tidak sedang tidur. Rasa sakit belakangan sering datang tanpa
diduga. Tidak menyerang fisik, tetapi jiwanya. Lebih sering di subuh seperti
ini, atau menjebaknya saat hening malam tiba dan ia belum dapat terlelap.
Satu-satunya cara menyelamatkan diri adalah dengan mengulang mantra itu
beberapa kali. Khusyuk dan lemah namun itulah seluruh pasrahnya. Lalu entah
bagaimana mantra itu menembus atap rumah, terus naik ke cakrawala, lalu sampai
ditelinga Sang Maha Kuasa. Satu-satunya tempat manusia menaruh harap saat buntu
akal, tak tahu harus mengadu kemana. Sedangkal pengetahuannya, demikianlah doa
mencapai Yang Kuasa. Ia tak paham soal dosa, ia tak tahu soal tata cara, namun
jauh di kedalaman hatinya, Ia tahu Tuhan sedang mendengar doanya, memeluknya,
menjamah luka hatinya. ia bisa merasakan hatinya tenang saat mantra itu
terucap. Matanya terpejam lagi. Jarum jam weker terus berdetak, perlahan
menghantarkan subuh ke pagi.
Kau tahu? Sesederhana itu mengobati rasa sakit. Jangan
melawan, nanti kau malah di tawan. Memang benar, Hidup kadang suka kelewatan
memberi cobaan. Tawa bahagia tidaklah abadi. Harusnya kau tahu, rasa sakit juga
begitu. Kau hanya perlu : Terima, maafkan lalu ikhlaskan. Percayalah, untuk
segala rasa sakit dan kepahitan yang kau simpan sendiri, kadang tidak ada obat
semanjur ini.
Komentar
Posting Komentar