Gelak tawa kami membawa ingatanku kembali pada dimensi waktu yang berbeda. Setahun lalu tepatnya, triwulan pertama tahun 2020 . Ditengah situasi pandemi yang menghantam seantero jagad , membuat seluruh sistem pada tatanan hidup yang sudah sedemikian rapih disusun oleh manusia harus berubah drastis demi beradaptasi dengan serangan pandemi k . Nyatanya, h idup harus tetap berjalan, meskipun melambat. Begitu pula dengan sistem belajar dikampus. Semua kegiatan terpaksa dilakukan secara daring hingga jarak tak lagi jadi kendala berbagi ilmu. Sebagai salah satu mahasiswa perantau, aku tahu betul sistem ini awalnya cukup membahagiakan. Bagaimana tidak, kami masih dapat menempuh perkuliahan tanpa harus menanggung beban rindu akan kampung halaman. Tapi tidak seperti beberapa teman perantau yang memilih pulang, aku memilih tetap bertahan di kosan, melewati hari demi hari di kota besar yang kini tidak lagi ramai karena pembatasan aktifitas berskala besar. Bukan tanpa alasan, aku hanya
tidak dendam Hanya ingat Begitu kira kira bentuk pembelaan berkedok "bahasa halus" Demi menjelaskan dendam yang tidak lagi panas. Yang tak pantas tapi membekas. dan waktulah biang keroknya. Mendinginkan, meredakan. Tapi tak sanggup menghilangkan. Entah karena terlalu mengakar Atau sendirinya memang tak rela. Seperti beberapa tumpukan kertas di lemari Yang tetap manis tersusun disana Padahal tak punya guna. Sampah Diberi nama "berkas2ku" Pembelaan berkedok "bahasa halus"